
Baru-baru ini, netizen Indonesia dihebohkan dengan kesalahan teknis di Google yang menampilkan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah di angka Rp8.170,65. Padahal, berdasarkan data resmi, kurs rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp16.300 per dolar.
Kesalahan ini juga menjadi pengingat bahwa rupiah pernah mengalami fluktuasi tajam di masa lalu. Dari krisis moneter 1998 hingga dampak pandemi 2020, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik dan turun dipengaruhi oleh dinamika global dan kebijakan ekonomi domestik. Pemahaman akan sejarah ini dapat membantu kita lebih siap menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.
Berikut adalah perjalanan nilai tukar rupiah melawan dolar AS dari masa ke masa.
Krisis Moneter 1998, Rupiah Terjun Bebas
Pada awal 1997, nilai tukar rupiah masih stabil di sekitar Rp2.380 per dolar AS. Namun, dampak krisis finansial Asia mulai mengguncang ekonomi Indonesia. Pada Januari 1998, rupiah menembus angka Rp9.000, Rp10.000, dan Rp11.000 dalam satu hari, mencerminkan kepanikan pasar dan keluarnya modal asing secara besar-besaran.
Lalu, nilai tukar rupiah semakin anjlok hingga menembus Rp12.000, Rp13.000, dan Rp14.000 per dolar AS. Kondisi ini semakin diperparah dengan ketidakstabilan politik, yang memuncak dengan lengsernya Presiden Soeharto pada Mei 1998. Akhirnya, pada 16 Juni 1998, rupiah mencapai titik terlemahnya di Rp15.000 per dolar AS, mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar keuangan Indonesia.
Pemulihan dan Stabilitas di Awal 2000 an
Setelah periode krisis, rupiah perlahan mulai menguat dan stabil di kisaran Rp8.000 hingga Rp10.000 per dolar AS sepanjang awal 2000-an. Pemulihan ekonomi dan reformasi di sektor keuangan membawa kepercayaan investor kembali ke Indonesia. Pada periode ini, kebijakan moneter yang lebih ketat dan restrukturisasi perbankan membantu stabilisasi nilai tukar rupiah.
2020, Pandemi dan Rupiah Kembali ke Rp16.000
Setelah lebih dari dua dekade sejak krisis 1998, rupiah kembali melemah secara signifikan. Pada 4 Januari 2020, nilai tukar rupiah menembus Rp16.000 per dolar AS. Ketidakpastian global akibat pandemi Covid-19 menyebabkan arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Investor mencari aset yang lebih aman, seperti dolar AS, sehingga tekanan terhadap rupiah semakin meningkat. Selain itu, kebijakan lockdown dan perlambatan ekonomi global turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Fluktuasi nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari sentimen pasar, kondisi ekonomi global, hingga kebijakan moneter domestik. Pada tahun 1998, krisis moneter Asia dan ketidakstabilan politik menjadi pemicu utama pelemahan rupiah. Sementara pada 2020, pandemi COVID-19 dan ketidakpastian global menjadi faktor dominan yang menekan nilai tukar.