
Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut Jakarta tak luput dari dampak yang dihasilkan oleh gempa Megathrust. Salah satunya adalah tsunami 1,8 meter yang diprediksi bisa menyapu pesisir utara Jakarta.
Itu bisa terjadi setelah 2,5 jam Megathrust Selatan Jawa melepaskan energinya. Apabila ‘pecah’, segmen Megathrust ini bisa memicu gempa dahsyat hingga M 8,7 dan tsunami setinggi 20 meter.
Ini karena semakin lama energi yang terkumpul akan mencapai titik pelepasan energinya melalui pergerakan mendadak yang memicu getaran atau guncangan yang sangat kuat atau gempa bumi. Goncangan besar tersebut akan mengakibatkan perpindahan kolom air laut dan menyebabkan gelombang air laut menjadi sangat besar yang menjalar semua arah hingga mencapat daratan atau tsunami.
Lantas kapan segmen Megathrust Selatan Jawa meledak?
“Ada 10% kemungkinan akan terjadi dalam 50 tahun,” ungkap Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Nuraini Rahma Hanifa kepada CNBC Indonesia, Minggu (16/2/2025).
Hanya saja, Nuraini menekankan 50 tahun ini bukan berarti dihitung 50 tahun ke depan.
“Maksudnya dalam 50 tahun ini ada 10% kemungkinan kejadian negatif, ada 10% kemungkinannya besar,” bebernya.
Dia pun mengungkapkan segmen Megathrust sering menunjukan aktivitas dengan skala Magnitudo yang tidak kecil. Misalnya gempa Pacitan dan Pangandaran.
“Terakhir kan waktu gempa Pangandaran 2006 terus Pacitan,” sebutnya.
BRIN pun mengajak masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap risiko Megathrust. Dampak gempa Megathrust sangat besar hingga memberikan dampak lanjutan seperti kematian, cedera, kerusakan infrastruktur, kerusakan lingkungan, dampak sosial ekonomi hingga gangguan layanan dasar.