Kiamat ATM RI Makin Nyata, Bos Artajasa Ungkap Nasibnya

Nasabah menukar kartu ATM visa menjadi GPN Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (30/7). Bank Indonesia (BI) dan perbankan menggelar kampanye Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Kegiatan penukaran kartu pada 30 Juli-3 Agustus 2018. Pekan penukaran kartu berlogo GPN merupakan tindak lanjut acara peluncuran bersama kartu berlogo GPN di Jakarta pada 3 Mei 2018. Kartu berlogo GPN diharapkan untuk memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi pada seluruh kanal pembayaran (EDC) yang tersedia, sehingga akan meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Seiring semakin menjamurnya bank digital dan transaksi tanpa tunai, PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa) berencana menambah jumlah ATM-nya dua kali lipat dari jumlahnya sekarang.

Direktur Utama Artajasa Armand Hermawan mengatakan saat ini ada 1.600 ATM Bersama, dan menargetkan tahun depan bisa bertambah jadi 3.200 unit. Penambahan itu terjadi seiring bank-bank ramai-ramai mengurangi jumlah ATM dan kantor cabang.

Armand mengakui bahwa pertumbuhan penarikan tunai sudah tidak sebesar sebelumnya, karena dampak digitalisasi. Menurutnya, tren penarikan tunai dan transaksi melalui QRIS bakal “co-exist” atau berdampingan.

“Nanti yang ATM yang akan berkembang itu yang digunakan oleh multi-user. Kalau [ATM bank untuk] nasabah saja kan nggak kuat. Nggak optimal. Misalnya, ATM yang di mall atau di retail itu akan lebih banyak dibanding kantor cabang,” terang Armand di Gedung BRI, Rabu (18/12/2024).

Artajasa juga mengincar bank-bank digital yang tidak memiliki ATM dan menerbitkan kartu debit, serta Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk mengikuti program ATM Bersama. Selain itu, Direktur Bisnis Artajasa Heru Perwito mengatakan pihaknya menargetkan tahun depan semua bank bisa ikut program ATM Bersama.

“Jadi itu harus membantu di sana, sehingga nanti bisa mengurangi investasi mereka untuk penerbitan kartu. Dan juga mengurangi kondisi-kondisi fisiknya nanti kalau terjadi kesalahan-kesalahan kalau penggunaan kartu, kartu tertelan, kartu hilang, segala macam. Itu yang sasaran kami,” jelas Heru pada kesempatan yang sama.

Artajasa sendiri telah menggandeng PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) meluncurkan fitur Cardless Withdrawal. Fitur ini memungkinkan nasabah melakukan penarikan tunai tanpa kartu fisik di lebih jaringan ATM dan CRM BRI yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dengan begitu, nasabah BRI maupun bank lain yang terintegrasi dengan jaringan Artajasa dapat menarik uang tanpa menggunakan kartu. Nasabah cukup menggunakan kode transaksi yang dihasilkan melalui aplikasi mobile banking untuk melakukan penarikan tunai dengan aman, cepat, dan praktis.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Retail Funding & Distribution BRI Andrijanto mengakui bank pelat merah itu tidak akan menambah mesin ATM-nya. BRI justru bakal menambah fungsi ATM yang sudah ada dengan fitur tarik dan setor.

“Karena di fungsi yang baru itu kan tidak menggantikan dari fungsi yang ATM yang konvensional, yang cuma sekedar ditarik. Di situ pun juga masyarakat atau nasabah masih bisa menggunakan fungsi untuk narik, tapi dalam kesamaan kebutuhan untuk setor yang enggak perlu nunggu kantor itu harus buka pun juga bisa terakomodasi,” jelasnya.

Sebagai informasi, Laporan Surveillance Perbankan Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa sejumlah bank di Indonesia memangkas jumlah mesin ATM di berbagai tempat.

Melalui laporannya, OJK memaparkan, jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) di seluruh Indonesia per triwulan IV-2023 berkurang sebanyak 4.676 unit sehingga hanya tersisa 115.539. Jaringan kantor terbanyak masih didominasi oleh terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) sebanyak 91.412 unit. Jumlah itu menyusut sebanyak 1.417 unit, yakni dari setahun sebelumnya 92.829 unit dari tiga bulan sebelumnya.

https://abhishekarora.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*