Menpar Widiyanti Putri Wardhana saat ditemui awak media di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (28/11/2024) (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menyatakan bahwa film “Women from Rote Island” dapat dijadikan sebagai media promosi strategis untuk memperkenalkan destinasi wisata Indonesia ke kancah dunia.
“Film Women from Rote Islan bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga media promosi strategis untuk destinasi pariwisata Indonesia,” kata Menpar Widiyanti di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.
Widiyanti menilai film yang disutradarai oleh Jeremias Nyangoen itu berhasil menampilkan Pulau Rote dengan lanskapnya yang memukau. Ia mencontohkan seperti Batu Termanu yang menjadi salah satu latar film.
Ditonjolkannya tiap sudut keindahan Pulau Rote menurutnya betul-betul memperkaya latar cerita film yang mengangkat soal isu ketenagakerjaan dan kesetaraan gender di Indonesia bagian timur.
“Keindahan alamnya tidak hanya menarik secara visual, tapi juga mengundang imajinasi penonton untuk datang dan merasakan langsung ke sana,” ucap dia.
Menpar juga menilai bahwa alur cerita film yang menarik dan memperkuat gambaran atas realita masyarakat itu dapat membawa pesan positif kepada seluruh pihak yang merasakan atau menyoroti isu yang sama.
Sebagai bentuk dukungan kepada kru film “Women from Rote Island”, Menpar Widiyanti mengatakan Kementerian Pariwisata mengapresiasi semua pihak yang berkontribusi dalam pembuatan film, sehingga film itu dapat memenangkan ajang Academy Awards ke-97 atau Piala Oscar 2025.
Ia juga menyatakan kementeriannya siap membantu mempromosikan film tersebut melalui media sosial atau platform lain yang dapat digunakan.
“Film ini bukan hanya kebanggaan bagi industri film Indonesia, tapi juga pintu bagi dunia untuk mengenal keindahan alam yang kita miliki,” ucap Widiyanti.
Film “Women from Rote Island” yang disutradarai oleh Jeremias Nyangoen mengajak masyarakat untuk menghentikan kekerasan seksual sekaligus lebih memperhatikan seluruh anggota keluarga.
Film yang bergenre drama-thriller itu mengisahkan seorang ibu bernama Mama Orpa (Linda Anoe) yang baru ditinggal mati sang suami sambil menunggu anak sulungnya Martha (Irma Rihi) yang bekerja sebagai TKI kembali ke rumah dari Sabah, Malaysia.
Kepulangan sang anak justru makin membuatnya terluka karena Martha telah mengalami kekerasan fisik dan kekerasan seksual baik dari majikan dan orang-orang di sekitarnya. Pengalaman tersebut menjadi trauma bagi Martha dan berujung depresi.
Dengan menyoroti isu perempuan dan tenaga kerja di Indonesia Timur, film itu juga telah meraih Piala Citra untuk Penulis Skenario Asli Terbaik dan Film Cerita Panjang Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2023. https://detik-blog.org