
Nilai tukar rupiah masih potensi melanjutkan penguatan di tengah mencuatnya ancaman resesi AS yang membuat pelaku pasar meminta the Fed lebih cepat memangkas suku bunga.
Hal tersebut terjadi karena ada kekhawatiran the Fed terlambat melakukan pelonggaran kebijakan sementara kondisi pasar saham collapse setelah terpicu alarm resesi akibat laporan pekerjaan AS yang melemah tajam.
Seruan rapat darurat The Fed pun mencuat, proyeksi pemangkasan suku bunga dari berbagai analis juga meningkat dari sebelumnya konservatif di 25 basis poin (bps), sekarang ada potensi bisa turun 50 – 75 (bps) pada pertemuan September.
Pemangkasan suku bunga yang tajam atau hard landing memang bisa menjadi shock market, tetapi untuk nilai tukar rupiah bisa menjadi hal yang positif. Pasalnya, ketika suku bunga AS diturunkan, indeks dolar (DXY) akan melandai, sehingga dana akan mengalir lagi ke RI.
Melansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,09% di angka Rp16.180/US$ pada kemarin, Senin (5/8/2024). Hal ini semakin memperpanjang tren apresiasi yang telah terjadi sejak 31 Juli 2024 atau empat hari beruntun.
Sementara DXY pada pukul 15:11 WIB turun 0,54% di angka 102,65. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 103,2.
Pergerakan Rupiah Mleawan Dolae AS
Sementara itu, dari domestik ada sentimen dari Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,05% secara tahunan (yoy) pada kuartal kedua tahun ini , ini lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 5,11% yoy.
Pertumbuhan ekonomi RI meskipun cenderung melambat, tetapi capaian saat ini sesuai dengan target di mana masih tumbuh di atas 5% yoy.
Aliran dana asing masuk ke RI juga terpantau masih positif. Pada pekan pertama Agustus obligasi acuan RI bertenor 10 tahun mencatat aliran masuk dari asing cukup deras Rp1,8 triliun, naik pesat dibanding pekan sebelumnya yang tercatat hanya di kisaran Rp200 miliar. Sementara itu, di pasar saham masih tercatat net foreign buy Rp400 miliar.
Teknikal Rupiah
Pergerakan rupiah secara teknikal dalam basis waktu per jam masih terpantau dalam tren penguatan. Level psikologis Rp16.100/US$ yang sekaligus berdekatan dengan low candle intraday 17 Juli 2024 menjadi support terdekat yang potensi di uji jika rupiah lanjut menguat.
Meski begitu, pelaku pasar tetap perlu mencermati resistance terdekat di Rp16.200/US$ yang diambil dari garis rata-rata selama 50 jam atau MA50 hourly sebagai antisipasi jika rupiah berbalik arah melemah.