Tok! Gencatan Senjata Gaza Terbaru Dibahas, Israel-Hamas Bisa Damai

Orang-orang berdiri di atas reruntuhan setelah serangan Israel terhadap sebuah gedung yang menurut sumber keamanan menewaskan kepala hubungan media Hizbullah Mohammad Afif di Ras Al-Nabaa, di Beirut, Lebanon, 17 November 2024. (REUTERS/Adnan Abidi)

Upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza, termasuk pembebasan sandera, antara Israel dan Hamas telah berulang kali gagal. Namun perkembangan baru-baru ini telah meningkatkan harapan akan tercapainya kesepakatan damai di kantong Palestina itu.

Pada Selasa, Washington menyatakan “optimisme” atas kemungkinan “kesepakatan yang akan segera terjadi”. Hal ini terjadi setelah dilaporkan adanya perundingan tidak langsung di Qatar, yang dimediasi oleh negara Teluk yang kaya gas tersebut bersama dengan Mesir dan Amerika Serikat (AS).

Berikut fakta-fakta terbarunya, seperti dilaporkan AFP pada Kamis (19/12/2024).

Optimisme dan Trump

Sumber diplomatik mengatakan bahwa optimisme muncul karena Presiden terpilih AS Donald Trump. Baru-baru ini ia meminta kesepakatan harus dicapai sebelum dirinya kembali menjabat pada tanggal 20 Januari 2025, yang berdampak pada putaran perundingan terbaru.

Salah satu sumber diplomatik pun mengatakan bahwa Hamas, sangat ingin mencapai kesepakatan sebelum akhir tahun. Kelompok pejuang Paelstina itu kini terisolasi setelah melemahnya sekutunya di Lebanon, Hizbullah, dan penggulingan pemimpin kuat Suriah Bashar al-Assad,

“Banyak orang melihat (kesepakatan) sebagai hadiah Natal yang sempurna,” kata sumber tersebut.

Yang lain mencatat bahwa sejak kematian Kepala Hamas Yahya Sinwar, para pemimpin kelompok tersebut di luar negeri telah melakukan negosiasi. Seorang pejabat tinggi Hamas mengatakan pada hari Selasa bahwa pembicaraan gencatan senjata sudah berada pada “tahap detail akhir” dan bahwa Qatar dan Mesir akan mengumumkan kesepakatan tersebut setelah negosiasi berakhir.

Mesni begitu, juru bicara pemerintah Israel David Mencer menolak mengomentari kesepakatan yang diusulkan tersebut. Ia mengatakan “semakin sedikit yang dikatakan (di publik) maka akan semakin baik”.

Rencana Kesepakatan

Selama serangan mereka terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober tahun lalu, militan Palestina yang dipimpin oleh Hamas menyandera 251 orang. Sembilan puluh enam dari mereka masih ditahan di Gaza, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

Pejabat Hamas mengatakan bahwa kerangka kerja saat ini untuk kesepakatan tersebut akan mencakup penerapan gencatan senjata dan pembebasan sandera secara bertahap selama tiga tahap. Pada tahap pertama, yang berlangsung selama enam minggu, sandera sipil Israel dan tentara wanita akan dibebaskan dengan imbalan “ratusan tahanan Palestina”.

Sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan bahwa selama tahap ini, Israel akan menarik pasukannya “dari sebelah barat penyeberangan Rafah” di Koridor Philadelphia, sebidang tanah yang telah dibuka dan dikuasai oleh Israel di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir. Pasukan Israel juga akan “sebagian mundur” dari Koridor Netzarim, sebidang tanah lain yang lebih luas yang telah dibuka dan dikuasai oleh Israel, yang membelah wilayah itu menjadi dua bagian di sebelah selatan Kota Gaza, dan secara bertahap meninggalkan kamp-kamp pengungsi Palestina.

Terakhir, tahap pertama akan mencakup pemulangan bertahap penduduk yang mengungsi ke Kota Gaza dan wilayah utara melalui. Mereka akan datang melintasi jalan raya pesisir di bawah pengawasan tentara Israel.

Tahap kedua akan melihat pembebasan tentara pria Israel dengan imbalan “sejumlah” tahanan Palestina, “termasuk sedikitnya 100 orang dengan hukuman jangka panjang”. Selama tahap ini, Israel akan menyelesaikan penarikan militernya tetapi akan mempertahankan pasukan di wilayah perbatasan timur dan utara dengan Israel.

Berdasarkan tahap terakhir dari kesepakatan yang diusulkan, “perang akan secara resmi dinyatakan berakhir”. Setelahnya upaya rekonstruksi akan dimulai di wilayah tempat badan satelit PBB mengatakan bahwa 66 persen dari semua bangunan telah rusak.

Soal penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir akan dikelola bersama oleh Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat. Namun mereka akan berkoordinasi dengan Mesir dan Uni Eropa (UE).

Poin-poin yang Menjadi Perdebatan

Meskipun telah terjadi beberapa putaran pembicaraan tidak langsung, Israel dan Hamas hanya menyetujui gencatan senjata selama satu minggu pada akhir tahun 2023.

Negosiasi antara Hamas dan Israel telah menghadapi banyak tantangan sejak saat itu, dengan pokok pertikaian utama adalah pembentukan gencatan senjata yang langgeng.

Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu juga telah berulang kali menyatakan bahwa ia tidak ingin menarik pasukan Israel dari Koridor Philadelphia. Salah satu sumber diplomatik mengatakan Israel “tidak akan pernah” keluar dari jalur perbatasan, dan paling-paling akan membiarkan penyeberangan perbatasan kecil itu dikelola oleh pihak lain.

Masalah lain yang belum terselesaikan adalah tata kelola Gaza pascaperang. Masalah ini masih menjadi perdebatan sengit, termasuk di kalangan pemimpin Palestina.

Israel telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Hamas menguasai wilayah itu lagi. Sementara seorang pejabat Hamas mengatakan pada hari Rabu bahwa “Mesir, Qatar, Turki, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan AS akan menjamin penerapan perjanjian tersebut,” tidak satu pun dari mereka yang mengonfirmasi hal itu.

https://iatalvoyage.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*