
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memperkuat kebijakan proteksionismenya dengan rencana menerapkan tarif 25% terhadap impor baja dan aluminium mulai Senin (10/2/2025). Langkah ini segera mendapat ancaman pembalasan dari Uni Eropa serta peringatan dari China bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang.
Trump mengonfirmasi rencana kebijakan ini kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One pada Minggu. Langkah ini menandai kembalinya kebijakan perdagangan keras Trump, yang sebelumnya telah diberlakukan selama masa kepresidenannya pada 2017-2021.
“Setiap baja yang masuk ke Amerika Serikat akan dikenakan tarif ini, termasuk aluminium,” ujarnya.
Uni Eropa merespons kebijakan ini dengan tegas. Komisi Eropa menyatakan bahwa mereka belum menerima pemberitahuan resmi terkait tarif baru, namun mereka siap mengambil langkah serupa.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menegaskan bahwa Eropa tidak akan tinggal diam dan akan “mereplikasi” setiap tarif yang dikenakan AS.
“Tidak ada keraguan dalam membela kepentingan kami,” kata Barrot dalam wawancara dengan TF1, sebagaimana dikutip dari AFP.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengkritik langkah Trump dan memperingatkan bahwa tarif ini akan merugikan konsumen Amerika sendiri.
“Tarif terhadap Eropa hanya akan meningkatkan biaya dan menciptakan inflasi di AS,” kata Macron dalam wawancara dengan CNN. Ia juga menyarankan agar Washington lebih memfokuskan kebijakan dagangnya terhadap China, bukan Uni Eropa.
Sementara itu, Komisi Eropa dalam pernyataan resminya menambahkan, “Kami akan bertindak untuk melindungi kepentingan bisnis, pekerja, dan konsumen Eropa dari kebijakan yang tidak adil ini.”
Sikap serupa juga disuarakan oleh China. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, mengingatkan bahwa perang dagang tidak akan menguntungkan siapapun.
Beijing telah mempersiapkan tarif balasan terhadap barang-barang asal AS senilai US$14 miliar, termasuk batu bara dan gas alam cair (LNG), yang akan berlaku mulai Senin. Sebaliknya, tarif yang diberlakukan Trump terhadap barang-barang China mencapai US$525 miliar, menurut analisis Goldman Sachs.
Dampak kepada Perdagangan Global
Keputusan Trump diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap negara-negara yang menjadi pemasok baja dan aluminium utama ke AS, termasuk Kanada, Brasil, Meksiko, dan Korea Selatan.
Kanada menjadi negara yang paling terdampak, mengingat posisinya sebagai pemasok baja dan aluminium terbesar ke AS berdasarkan data perdagangan Amerika Serikat.
Menurut perusahaan konsultan Roland Berger, sekitar 25% ekspor baja Eropa mengalir ke AS. Artinya, kebijakan ini bisa menghantam keras sektor industri baja di Eropa, terutama jika Uni Eropa gagal menegosiasikan pengecualian tarif.
Trump sebelumnya telah menggunakan tarif sebagai senjata diplomasi sejak menjabat kembali sebagai Presiden AS. Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri domestik sekaligus menekan negara mitra dagang agar mengikuti keinginannya.
Sebagai contoh, Trump sempat menunda tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko selama satu bulan setelah kedua negara sepakat untuk meningkatkan upaya menekan arus fentanyl dan imigran ilegal ke AS. Namun, untuk China, Trump tetap memberlakukan tarif, dengan tambahan 10% terhadap produk yang masuk ke AS sejak Selasa lalu.
Strategi Trump dalam menggunakan tarif sebagai senjata diplomasi tidak hanya terbatas pada mitra dagang besar. Baru-baru ini, Trump mengancam Kolombia dengan tarif setelah negara itu menolak mendaratkan pesawat AS yang membawa migran yang dideportasi.
Setelah ketegangan seharian penuh, Kolombia akhirnya mengalah dan membiarkan pesawat AS mendarat.
Kebijakan tarif ini menandakan bahwa Trump tetap berpegang teguh pada pendekatan “America First”, dengan menggunakan kekuatan ekonomi AS untuk menekan negara-negara lain agar tunduk pada kepentingan Washington.
Namun, dengan perlawanan dari Uni Eropa, China, dan mitra dagang lainnya, langkah ini berpotensi memperburuk hubungan perdagangan global dan meningkatkan risiko perang dagang berkepanjangan.
Tarif Timbal Balik
Lebih lanjut, Trump mengatakan bahwa ia akan mengadakan konferensi pers pada hari Selasa atau Rabu untuk memberikan informasi terperinci tentang rencana tarif timbal balik. Ia menambahkan bahwa ia pertama kali mengungkapkan pada hari Jumat bahwa ia merencanakan tarif timbal balik untuk memastikan “bahwa kita diperlakukan secara merata dengan negara lain”.
Pria 78 tahun itu telah lama mengeluh tentang tarif 10% UE untuk impor mobil yang jauh lebih tinggi daripada tarif mobil AS sebesar 2,5%. Ia sering menyatakan bahwa Eropa “tidak akan mengambil mobil kami” tetapi mengirim jutaan mobil ke barat melintasi Atlantik setiap tahun.
Namun, AS menikmati tarif 25% untuk truk pikap, sumber laba penting bagi produsen mobil Detroit General Motors, Ford dan Stellantis di AS. Tingkat tarif rata-rata tertimbang perdagangan AS, menurut data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) adalah sekitar 2,2%, dibandingkan dengan 12% untuk India, 6,7% untuk Brasil, 5,1% untuk Vietnam, dan 2,7% untuk negara-negara Uni Eropa (UE).